DPR Dukung Mendikdasmen Kembalikan Ujian Nasional: Agar Kualitas Pendidikan Meningkat

Istilah zonasi dan ujian akan dihilangkan Mendkdasmen Abdul Mukti

Mendikdasmen Abdul Mukti saat menghadiri rapat kerja bersama Komisi X DPR RI.

Jakarta – Rencana Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mukti mengembalikan Ujian Nasional (UN) di dukung Komisi X DPR RI.

Munculkan kembali UN di anggap salah satu jalan agar kualitas pendidikan di Indonesia bisa terus meningkat.

Berkaca dari pemberlakukan kembali UN sebagai sistem evaluasi belajar siswa di Indonesia.

Ketua Komisi X DPR, Hetifah Sjaifudin menyatakan pihaknya mendukung rencana dari Mendikdasmen.

Hetifah juga menegaskan kebijakan baru dari Abdul Mukti selaku sosok perpanjangan tangan Prabowo di bidang pendidikan Tanah Air, harus benar-benar meningkatkan kualitas pendidikan.

“Kebijakan ini (harus) benar-benar berkontribusi pada peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia,” terang Hetifah kepada awak media di Jakarta, dilansir Jumat, (3/12/2025).

Ketua Komisi X DPR itu juga menyoroti penerapan kembali UN jangan sampai malah membebani siswa hingga guru di sekolah.

“Bukan justru menambah beban siswa, guru, dan sistem pendidikan nasional,” sebut Hetifah.

Komisi X DPR RI Bakal Gali Konsep Baru UN dari Mendikdasmen

Dalam kesempatan berbeda, Wakil Ketua Komisi X DPR, Lalu Hadrian Irfan menuturkan pihaknya akan memanggil Abdul Mukti selaku Mendikdasmen RI terkait wacana UN yang akan digelar tahun 2026 mendatang.

“Kami akan mengundang Mendikdasmen dan mendengar penjelasan beliau terkait rencana UN,” terang Hadrian kepada wartawan di Jakarta, pada Kamis, 2 Desember 2024.

“Tentu, kami juga akan menyampaikan usulan dan aspirasi dari masyarakat,” tegasnya.

Senada dengan Ketua Komisi X DPR, Hadrian mendukung penuh rencana sang Mendikdasmen RI namun tidak boleh menjadi momok yang menakutkan bagi siswa.

Terkhusus, Hadrian menyoroti keterlibatan polisi dalam pergelaran UN yang justru membuat siswa merasa tegang dalam menghadapi UN.

“Jangan ada lagi polisi di UN, kehadiran aparat sangat intimidatif dan menjadi momok bagi para siswa,” tutur Hadrian.

“Ini bukan untuk menyalahkan aparat polisi, tapi ini karena sistem yang salah,” tandasnya. (*)

Comment