Kontroversi Gerakan Tangan Elon Musk saat Pelantikan Trump, Hormat ala Nazi atau Romawi?

Kontroversi Gerakan Tangan Elon Musk saat Pelantikan Trump, Hormat ala Nazi atau Romawi

Gerakan tangan Elon Musk saat pelantikan presiden Donald Trump di Gedung Capitol AS, Washington DC, Senin (20/1/2025).

Jakarta – Gerakan tangan Elon Musk yang dilakukan secara cepat dan penuh semangat saat pelantikan presiden Amerika Serikat Donald Trump menuai sorakan besar dari kerumunan di dalam Gedung Capitol AS, Washington DC, Senin (20/1/2025).

Namun, gerakan tersebut memicu kontroversi setelah Musk dituduh memberikan salam ala Nazi dengan gaya fasis.

Beberapa pendukung Musk segera membela, menyatakan bahwa ia sebenarnya memberikan “salam Romawi”.

“Kekaisaran Romawi telah kembali, dimulai dengan salam Romawi,” tulis Andrea Stroppa, penasihat Musk yang berbasis di Roma, dalam sebuah unggahan yang kemudian ia hapus.

Stroppa kemudian menjelaskan bahwa gerakan tangan Elon Musk adalah “cara Elon, yang memiliki autisme, mengekspresikan perasaannya dengan mengatakan, ‘Saya ingin memberikan hati saya kepada Anda.’”

Berbagai Pihak Turut Memberikan Pandangan Mengenai Gerakan Tangan Elon Musk

Liga Anti-Pencemaran Nama Baik (Anti-Defamation League) menyatakan di media sosial bahwa gerakan tangan Elon Musk bukanlah salam Nazi.

Sebaliknya, mereka menyebutnya sebagai “gerakan canggung yang dilakukan dalam momen antusiasme,” sembari menambahkan, “Semua pihak harus saling memberikan kelonggaran.”

Namun, sejumlah sejarawan tidak setuju.

“Itu adalah salam Nazi dan sangat agresif,” tulis Ruth Ben-Ghiat, profesor sejarah dan studi Italia di Universitas New York, di media sosial.

Claire Aubin, peneliti Nazisme di AS, juga sependapat.

“Menurut pendapat profesional saya, Anda benar. Percayalah pada apa yang Anda lihat,” tulisnya secara daring.

Banyak yang berpendapat bahwa pandangan politik Musk yang semakin terbuka memberikan konteks pada gerakan tersebut.

Setelah menghabiskan sekitar $200 juta untuk mendukung kembalinya Trump ke Gedung Putih, Musk menggunakan pengaruhnya untuk mendukung partai-partai sayap kanan dan anti-kemapanan di Eropa.

Apa itu Salam Romawi?

Ideologi fasis di tahun 1920-an mengklaim bahwa salam Romawi – yang melibatkan tangan diletakkan di dada kemudian diangkat lurus dengan telapak menghadap ke bawah – berasal dari Romawi kuno.

Namun, buku tahun 2009 karya profesor klasik Martin M. Winkler menemukan tidak ada bukti bahwa gerakan ini berasal dari zaman Romawi.

“Tidak ada karya seni Romawi – patung, koin, atau lukisan – yang menunjukkan salam seperti yang ditemukan dalam fasisme, Nazisme, dan ideologi terkait lainnya,” tulisnya.

Sebaliknya, Winkler berpendapat bahwa salam ini ditemukan pada abad ke-19 untuk digunakan dalam melodrama yang berlatar Kekaisaran Romawi.

Apakah Ada Perbedaan Antara Salam Nazi dan Salam Romawi?

Setelah salam ini diadopsi oleh Benito Mussolini dan partainya, Nazi di Jerman meniru ide tersebut, dengan sedikit modifikasi pada posisi tangan.

Pada 1933, itu menjadi salam resmi di Jerman, menurut penulis Torbjörn Lundmark dalam bukunya, Tales of Hi and Bye.

Meskipun demikian, baik salam Romawi maupun Nazi dianggap sebagai simbol kebencian oleh inisiatif Reporting Radicalism, yang dikelola oleh NGO Freedom House.

Mengapa Ada Upaya untuk Membedakan Kedua Salam ini?

Upaya untuk merebranding salam Nazi tampaknya telah berlangsung lama. Setelah unjuk rasa kecil oleh gerakan neo-Nazi di Georgia, AS, seorang reporter bertanya kepada pemimpin mereka tentang penggunaan salam Nazi.

Pemimpin tersebut mengklaim bahwa itu adalah “salam Romawi,” meskipun reporter bersikeras bahwa makna salam tersebut sudah jelas di mata publik.

Sebagai tanggapan atas gerakan tangan Elon Musk, beberapa kelompok sayap kanan tampak merayakannya di media sosial.

Pemimpin kelompok neo-Nazi Blood Tribe, Christopher Pohlhaus, menulis: “Saya tidak peduli jika ini adalah kesalahan. Saya akan menikmati tangisan mereka.”

Video gerakan Musk tersebut juga dibagikan oleh neo-Nazi Australia, Thomas Sewell, yang menyebutnya sebagai “momen kekuasaan kulit putih Donald Trump.”

Comment