Mengapa Harus Menata Distribusi Penjualan Gas Melon?

Mengapa Harus Menata Distribusi Penjualan Gas Melon

Ilustrasi

Apa yang terjadi dengan distribusi Gas Melon?

Hari ini orang lagi ramai menspekulasikannya. Rentetan fakta antrian gas dalam dua – tiga hari terakhir ini diangkat menjadi isu yang demikian rupa. Tentu saja, ketika melihat warga antri menenteng gas, kita semua prihatin dan tidak mengkehendaki rakyat jadi susah juga.

Walaupun pada sisi lain, kita mengelus dada juga melihat’lidah tak bertulangnya” para “mutfasir” politik, khususnya di dunia medsos, dengan tanpa pengetahuan yang cukup, ngalor ngidul beropini membahas fenomena Gas Melon ini.

Nakal mereka! Kenapa nakal?

Ya karena tafsirnya sama sekali tidak berpijak pada substansi yang ditafsirkan. Dalam konteks ini, sebutlah ketika membahas halberkait dengan “antrian” gas Melon. Sungguh tidak kredibel bila membahas fenomena antrian pembelian gas, sembari mempertanyakan, “Ada Presiden de Juredan de Facto kah bagi Bahlil? He…he…he spekulasi pikirannya kejauhan.

Menyampaikan analisa atau kritik atas kebijakan, tentu saja tidak mengapa, selama itu berbasis pada pakem berpikir yang rasional. Dalam Al Our’an, surat Al Maidah ayat 8, Allah mengingatkan, yang artinya “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap Suatu kaum, membuatmu berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Jadi sebagai bangsa yang menjunjung etika kehidupan yang relijius, mari kita renungkan baik baik firman Allah ini, sehingga kita terhindar dari kekhilafan saat mengajukan penilaian Wajar menilai sesuatu secara kritis, tapi tetaplah pijak bumi. Pijak tempat berdiri. Jangan mengawang awang. Lha kalau cuma khayalitasnya saja yang tinggi, itu pikiran kritis jenis apa? Tapi sudahlah saya tak hendak mengadili keterbatasan berpikir orang.

Mari kita masuk ke realitas antrian gas yang mengular.

Bahlil Lahadalia sebagai Menteri ESDM, bukan tidak melihat fenomena ini. Beliau bahkan merasa sangat prihatin Sebagai pemimpin ia paham, bagaimana secara empatf menempatkan diri pada posisi perasaan masyarakat. Terlihat tatkala tanpa sungkan, beliau turun langsung ke lapangan dan menyatakan bertanggung jawab.

Comment