Jakarta, Dimensia.id – Sebuah kabar penting datang dari Washington. Melalui Letter of Intent yang ditandatangani oleh Donald A. Prater, DVM, Principal Deputy Director for Human Foods Program di U.S. Food and Drug Administration (FDA), pemerintah Amerika Serikat secara resmi menyatakan niat untuk menunjuk BPOM RI sebagai Certifying Entity (CE) atau Lembaga Sertifikasi Impor bagi produk rempah-rempah asal Indonesia.
Surat bernomor Import Alert 99-52 itu menandai perubahan besar dalam hubungan kedua lembaga pengawas pangan — langkah yang oleh banyak kalangan disebut sebagai bentuk trust diplomacy atau diplomasi berbasis kepercayaan.
Dan di balik kepercayaan itu, ada sosok ilmuwan dunia, yang kini memimpin BPOM: Prof. dr. Taruna Ikrar, M.Biomed., Ph.D.
Diplomasi Global Taruna Ikrar
Ketika ditemui di ruang kerjanya, Prof Taruna terlihat tenang tapi antusias. “Ini adalah momentum penting bagi Indonesia,” ujarnya membuka percakapan, Jumat (17/10/2025).
“FDA tidak sembarangan memberi mandat seperti ini. Mereka menilai kapasitas BPOM bukan hanya dari sisi teknis, tapi juga dari komitmen sistem pengawasan kita yang sudah diakui internasional.”
Menurut Prof Taruna, surat dari FDA itu merupakan bentuk recognition terhadap reputasi ilmiah Indonesia. “Biasanya, sertifikasi ekspor ke Amerika melalui pihak ketiga di luar negeri. Tapi kini, mereka justru mempercayakan itu ke lembaga nasional kita. Ini berarti Indonesia sudah dianggap sejajar dengan otoritas pangan besar dunia,” tuturnya.
Tanggung Jawab Besar: Menjaga Mutu dan Keamanan Rempah
Dalam Letter of Intent tersebut, FDA menjelaskan harapannya agar BPOM berperan sebagai lembaga yang menjamin keamanan dan mutu rempah Indonesia yang diekspor ke AS. Fokus utamanya adalah memastikan produk bebas dari kontaminan isotop cesium-137, zat radioaktif yang sangat diawasi di Amerika.
“FDA ingin semua rempah yang masuk ke pasar mereka memiliki sertifikat keamanan yang bisa dipercaya. Dan mereka menilai BPOM memiliki sistem laboratorium, protokol analisis, dan mekanisme pelaporan yang memenuhi standar itu,” jelas Prof Taruna.
Ia menambahkan, pelaksanaan teknis akan melibatkan lembaga lain seperti BAPETEN dan BRIN untuk memperkuat validitas ilmiah dan sistem deteksi kontaminan.
“Kami akan membentuk tim teknis lintas untuk menyusun protokol bersama dengan FDA. Semua dilakukan secara transparan dan berbasis sains,” ujar Prof Taruna.
Diplomasi Pangan: Dari Regulasi ke Kepercayaan
Kerja sama BPOM dan FDA bukan hal baru. Tapi kali ini, levelnya berbeda: bukan hanya berbagi data, melainkan berbagi kepercayaan regulatori. Dalam suratnya, FDA menegaskan bahwa BPOM akan menjadi pihak yang mengeluarkan sertifikat ekspor yang langsung diterima di sistem FDA — sebuah langkah yang jarang diberikan kepada negara berkembang.
“Ini menandakan bahwa Indonesia tidak lagi hanya menjadi pemasok bahan mentah, tetapi mitra yang diakui dalam rantai pasok global. Ini bentuk diplomasi pangan modern,” kata Prof Taruna.
Ia menyebut, pendekatan ilmiah dan diplomatik menjadi dua sisi yang harus berjalan beriringan. “Kalau dulu diplomasi itu bicara politik, sekarang diplomasi juga soal keamanan pangan. Kepercayaan itu dibangun lewat sains,” ujar Prof Taruna menegaskan.
Meski penuh peluang, Prof Taruna tidak menutup mata terhadap tantangan di lapangan. Sertifikasi impor mensyaratkan sistem data, laboratorium, dan prosedur pengujian yang sangat ketat.
“Perlu koordinasi lintas lembaga dan kesiapan industri rempah di hulu. Kita tidak boleh hanya mengejar ekspor, tapi juga menjaga integritas setiap komoditas yang keluar dari negeri ini,” katanya.
Namun, di balik tantangan itu, ia melihat peluang yang jauh lebih besar: “Jika ini berhasil, Indonesia akan menjadi rujukan negara lain. Kita bisa mensertifikasi bukan hanya rempah, tapi juga produk pangan lain di masa depan.”
Sinergi Nasional untuk Standar Global
Dalam surat FDA, juga memberi ruang bagi Indonesia untuk melibatkan lembaga seperti BAPETEN dan BRIN dalam diskusi teknis mendatang. Tujuannya sederhana tapi strategis: memastikan keamanan rempah, melindungi konsumen global, sekaligus memfasilitasi perdagangan antarnegara.
“Ini bentuk kolaborasi yang win-win. Bukan hanya untuk Amerika, tapi juga untuk Indonesia yang ingin menunjukkan bahwa kita bisa mengontrol mutu sendiri,” kata Prof Taruna. “Kami ingin memastikan, setiap produk Indonesia yang masuk ke rak pasar dunia membawa reputasi: aman, bersih, dan berintegritas.”
Makna Besar Bagi Indonesia
Penunjukan BPOM sebagai lembaga sertifikasi ini, merupakan pengakuan terhadap kematangan sistem pengawasan pangan nasional.
“Ini membuka jalan baru bagi Indonesia untuk berperan aktif dalam global food safety network, sekaligus menegaskan posisi negara ini sebagai pemimpin standar mutu di kawasan Asia Tenggara,” pungkas Prof Taruna. (*)

Comment